Sabtu, 29 Desember 2012

Yang merusak hati yang lima adalah: Banyak bergaul, banyak berangan-angan, menggantungkan kepada selain Allah, kekenyangan banyak tidur, dan pengaruh yang ditimbulkan karenanya serta ciri khas masing-masing pengaruh tersebut.

Ketahuilah bahwa hati itu cenderung kepada Allah SWT dan hari akhirat, dan bisa membuka jalan kebenaran sedangkan lima hal tersebut memadamkan cahayanya, membutakan mata hatinya, menutup pendengarannya meski tidak membuatnya tuli dan bisu, melemahkan kekuatannya dan kesehatannya. Menghancurkan hasratnya, menghentikan keinginannya. Adapun yang sudah tidak merasakan kesemuanya ini adalah orang yang telah mati hatinya. Tidak bisa lagi merasakan kesakitan apabila dilukai. Hal ini merupakan penghalang baginya untuk mencapai kesempurnaannya dan memutus jalan menuju apa yang seharusnya di tuju, serta menghalanginya dari kebahagiaan dan kenikamatan yang bisa ditujunya.

Tiada kenikmatan dan kesenangan serta kesempurnaan tanpa ma’rifat Allah, kecintaan kepadaNya, kesenangan saat berada dekat denganNya inilah surgaNya di dunia, sebagaimana tiada kenikmatan diakhirat ataupun kemenangan kecuali berada di sisinYa di dalam surga akhiratNya. Dia mempunyai dua surga, tidak bisa seseorang mencapai surga kedua sebelum mendapat surga pertama.

Ibnu Qayyim berkata, “Saya mendengar Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata; “Sesungguhnya di dunia ada surga. Barangsiapa belum memasukinya maka ia tidak akan masuk surga akhirat’.”

Beberapa orang yang mengerti berkata, “Sesungguhnya hati itu dilewati beberapa masa.” Saya katakan, “Apabila ahli surga dalam keadaan seperti itu, maka mereka dalam kehidupan yang baik.”

Orang-orang yang mencintai Allah berkata, “Orang-ornag miskin di dunia adalah yang keluar dari dunia. Apakah kenikmatannya Yaitu kecintaan kepada Allah dan kerinduan untuk bertemu denganNya, menghadap kepadanya dan menghindari selainNya.”

Setiap orang yang mempunyai hati yang hidup merasakan hal ini dan mengakuinya.

Nah, Lima hal yang merusak hati tersebut merupakan penghalang dari kenikmatan ini, pembatas antara hati dan kenikmatannya serta menghalangi hati dari tujuannya serta menyebabkan bahaya dan penyakit baginya, meski tidak menimpa orang yang sakit, tetap di khawatirkan akan menimpanya.

Disadur dari kitab Madarijus Salikin.

 

Disalin dari buku Taman Oarang Yang Di cintai
Mutiara hikmah Ibnu Qayyim Al-Juziah